Erik Erikson mengenalkan konsep perkembangan manusia setahap demi setahap secara epigenetis, yaitu bahwa perkembangan manusia itu sifatnya bertahap dan setiap tahap punya potensi dan kegagalan.
Potensi, dan kegagalan pada tiap tahap tersebut adalah sebagai berikut :
- Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)
Kepercayaan diperoleh bayi dari ibunya. Merupakan tahap penting bagi ibu untuk membangun kepercayaan. Jika gagal dan timbul perilaku menarik diri dari lingkungan. Jika berhasil maka akan tumbuh sikap optimisme. - Otonomi vs Rasa Malu (1-3 tahun)
Anak mulai mengembangkan otonominya, apakah dia akan bertindak sesuai dengan keinginannya sendiri atau mengikuti keinginan sosial. Jika berhasil mengikuti keinginannya sendiri, maka akan terjadi otonomi atau kemampuan pengendalian diri dan adekuasi diri, tapi jika selalu mengikuti orang tua akan muncul perilaku 'malu malu'. - Insiatif vs Rasa bersalah (3-5 tahun)
Anak mulai bertanya-tanya tentang kejadian-kejadian di lingkungannya yang dianggap baru. Bantuan dan bimbingan orang tua akan meningkatkan daya jelajah dan inisiatif, ia mampu memulai aktivitas sendiri. Jika ketika memenuhi penasarannya itu ia mendapat hukuman maka akan timbul rasa bersalah. Masa ini juga merupakan masa terbentuknya ego. - Industri vs Inferioritas
Hasil yang baik pada tahap ini akan membentuk kompetensi dalam kemampuan intelektual, sosial, dan fisik. - Identitas vs Kebingungan Identitas
Pada tahap remaja individu akan meninggalkan peran anak-anak dan menjadi dewasa. Jika individu dapat menemukan identitas dirinya pada tahap ini, maka aia akan memiliki peran yang baik dan akan mencapai identitats diri dengan mantap. Ia akan memiliki citra diri yang terintegrasi sebagai pribadi yang unik. Namun jika pada tahap ini individu tidak dapat memenuhi tugas perkembangannya ia akan mengalami kebingungan peran. - Intimasi vs Isolasi
Tahap ini merupakan tahao dewasa awal dimana individu akan membangun relasi baru dengan sesama dan lawan jenis. Jika dalam membangun relasi individu dapat membentuk identitas yang mantap, maka ia akan mudah membentuk hubungan erat dengan orang lain dan komitmen dalam berkarir, namun jika ia gagal maka akan terbentuk sikap isolasi. - Generativitas vs Menarik Diri
Pada tahap dewasa madya individu mulai mengembangkan usahanya untuk produktif. Mereka yang mencapai cara hidup yang baik akan membentuk sikap perhatian terhadap keluarga, masyarakat, dan generasi penerusnya, sedangkan mereka yang gagal akan stagnan. - Integritas vs Putus Asa
Pada tahap dewasa akhir individu mulai melihat kembali jalan kehidupannya. Jika fase-fase sebelumnya berhasil ia dapat menerima siklus hidupnya dengan baik, ia merasakan kepuasan dan siap menghadapi kematian. Hal ini menunjukkan bahwa tiap fase perkembangan adalah kritis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar