Early Childhood
Selama kanak-kanak dan masa pra sekolah, anak mengembangkan
kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai ekspresi emosi dan labelnya. Anak sering
membicarakan apa yang dirasakannya. Anak mulai bicara tentang emosi saat 18
bulan dan meningkat seiring waktu. Usia 18-36 bulan anak belajar juga tentang
sebab akibat dari emosi.
Pada usia 4-5 tahun kemampuan anak tentang emosi meningkat,
mereka memahami bahwa reaksi bahwa kejadian yang sama dapat menyebabkan reaksi
emosi yang berbeda. Anak mulai mengontrol diri dan meregulasi diri. Regulasi diri
ini berkaitan dengan proses memonitor dan mengontrol emosi dari ekspresinya
untuk dapat diterima situasi.
Teori psikososial erikson menyatakan bahwa anak usia 2-6
tahun mengalami konflik initiative vs guilt. Pada masa kanak-kanak awal anak
mulai mengembangkan self-awareness. Rasa bersalah tumbuh seiring dengan
internalisasi standar moral yang berlaku dalam hidupnya. Di usia 3-5 tahun anak
mulai mengembangkan control diri dan cara bernegosiasi.
Pada usia 2 tahun anak dapat membedakan diri mereka dengan
orang lain. Anak dapat bereaksi dengan stress orang lain dengan perilaku
membantu yang egosentrik. Mereka member bantuan seolah-olah anak tersebut
adalah diri mereka sendiri, misalnya dengan memberikan mainan favoritnya untuk
meredakan tangisan anak lain. Perilaku menolong anak dapat meliputi berbagi dan
menenangkan orang lain yang sedang distress. Perilaku ini lah yang disebut
dengan empati.
Middle & Late Childhood
Pada masa ini anak mulai dapat memahami emosi yang kompleks
seperti ‘bangga’ dan ‘malu’.
Seorang anak dapat merasakan perasaan bangga karena
kemampuannya pada suatu hal meningkat, dan merasa malu setelah melukai seorang
temannya.
Anak dapat menyembunyikan emosi negatif. Semakin bertambah
usia, semakin dapat mengaplikasikan koping pada stress yang dihadapinya. Empati
mereka semakin meningkat, mereka mungkin akan bertanya “bantuan apa yang dapat
aku berikan?”
Di Usia 10 tahun anak telah mampu mengggunakan koping
kognitif. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak menghadapi
stress dari suatu kejadian yang berat, yaitu
- Menekankan pada anak tentang pentingnya keselamatan dan keamanan mereka
- Ketika anak bercerita tentang suatu kejadian, dengarkan baik-baik.
- Ajak mereka untuk berbicara sesuatu atau perasaan yang mengganggu atua membingungkannya, katakan bahwa itu perasaan yang normal atas sebuah kejadian yang sulit.
- Bantu anak untuk memahami situasi yang terjadi
Materi Kuliah Perkembangan Emosi Kognisi Sosial, Permata
Ashfi Raihana, S.Psi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar