Emosi yang muncul dipengaruhi oleh budaya, beberapa hal yang berkaitan diantara emosi dan budaya diantaranya adalah
- Cara mengekspreksikan emosi
- Sebab timbulnya emosi
- Interpretasi akan suatu situasi
Konsep emosi
Sulit menemukan konsep dasar tentang emosi antar budaya, apa yang dimaksud sebagai 'emosi' di budaya A sama dengan 'emosi' di budaya B. Maka banyak penelitian yang dilakukan untuk mempelajari apakah setiap budaya memiliki pemahaman yang sama tentang emosi. Ada beberapa emosi yang sifatnya universal, namun ada juga yang sangat dipengaruhi budaya.
Di dalam bahasa Inggris yang termasuk dalam 'emotion' adalah angry, happy, sad, ashamed, dan emosi lainnya.
Dalam bahasa jepang 'jodo' berarti marah, senang, sedih, malu, termasuk juga motivated, lucky.
Kategori emosi
Pada budaya tertentu ada beberapa kata untuk mengungkapkan emosi yang tidak ada padanan katanya saat diterjemahkan dalam bahasa lain. Tapi itu bukan berarti emosi yang dimaksud tidak ada di budaya tersebut, hanya saja pandangan budaya terhadap emosi tersebut berbeda.
Masyarakat Tahiti tidak mengenal kata 'sadness'
Mereka mendispkripsikannya dengan 'pe'a pe'a', yang berarti sick, fatigue, atau troubled.
Emosi 'sadness' adalah universal, namun budaya mempengaruhi bagaimana mereka mendiskripsikannya.
Perhatikan juga, Indonesia punya satu kata untuk 'malu', namun dalam bahasa inggris ada kata 'embarrassment', ada juga 'shame' juga 'guilt', yang masing-masing diucapkan pada situasi-situasi berbeda.
Lokasi emosi
Orang barat (Eropa-Amerika) beranggapan bahwa emosi bertempat atau dirasakan di hati.
Orang Jepang, di usus atau perut.
Suku Cheowong di Malaysia, beranggapan di jantung.
Suku Tahiti, sangat yakin jika emosi mereka bersumber di usus.
Suku Ivaluk bersumber di inferash (our inside).
Ekspresi emosi
Pada 1969, penelitian Ekman menemukan tidak adanya perbedaan pada 7 budaya yang berbeda dalam mengekspreksikan 6 emosi, yaitu : marah, jijik, takut, bahagia, sedih dan terkejut. Sedangkan kapan dan dimana ekspresi emosi ditampilkan dipengaruhi oleh budaya.
Budaya Individualisme vs Kolektivisme
Budaya Individualisme vs Kolektivisme
Budaya individualisme lebih banyak membicarakan tentang diri
sendiri. Ketika ditanya tentang pengalamannya ia menceritakan apa yang ia
rasakan. Sedangkan pada budaya kolektiv lebih banyak membicarakan tentang
teman, kelompoknya, atau keluarganya. Ketika ditanya tentang pengalamannya
mereka menjawab melalui apa yang orang rasakan tentangnya. Mudahnya,
kolektivisme kental dengan kehidupan sosial. Jadi karena faktor sosial juga
mereka cenderung menekan ekspresi-ekspresi negatif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar