Selasa, 17 Juli 2012

Perkembangan Emosi (Anak)

Early Childhood


Selama kanak-kanak dan masa pra sekolah, anak mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi berbagai ekspresi emosi dan labelnya. Anak sering membicarakan apa yang dirasakannya. Anak mulai bicara tentang emosi saat 18 bulan dan meningkat seiring waktu. Usia 18-36 bulan anak belajar juga tentang sebab akibat dari emosi.
Pada usia 4-5 tahun kemampuan anak tentang emosi meningkat, mereka memahami bahwa reaksi bahwa kejadian yang sama dapat menyebabkan reaksi emosi yang berbeda. Anak mulai mengontrol diri dan meregulasi diri. Regulasi diri ini berkaitan dengan proses memonitor dan mengontrol emosi dari ekspresinya untuk dapat diterima situasi.
Teori psikososial erikson menyatakan bahwa anak usia 2-6 tahun mengalami konflik initiative vs guilt. Pada masa kanak-kanak awal anak mulai mengembangkan self-awareness. Rasa bersalah tumbuh seiring dengan internalisasi standar moral yang berlaku dalam hidupnya. Di usia 3-5 tahun anak mulai mengembangkan control diri dan cara bernegosiasi.
Pada usia 2 tahun anak dapat membedakan diri mereka dengan orang lain. Anak dapat bereaksi dengan stress orang lain dengan perilaku membantu yang egosentrik. Mereka member bantuan seolah-olah anak tersebut adalah diri mereka sendiri, misalnya dengan memberikan mainan favoritnya untuk meredakan tangisan anak lain. Perilaku menolong anak dapat meliputi berbagi dan menenangkan orang lain yang sedang distress. Perilaku ini lah yang disebut dengan empati.


Middle & Late Childhood


Pada masa ini anak mulai dapat memahami emosi yang kompleks seperti ‘bangga’ dan ‘malu’.
Seorang anak dapat merasakan perasaan bangga karena kemampuannya pada suatu hal meningkat, dan merasa malu setelah melukai seorang temannya.

Anak dapat menyembunyikan emosi negatif. Semakin bertambah usia, semakin dapat mengaplikasikan koping pada stress yang dihadapinya. Empati mereka semakin meningkat, mereka mungkin akan bertanya “bantuan apa yang dapat aku berikan?”


Di Usia 10 tahun anak telah mampu mengggunakan koping kognitif. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk membantu anak menghadapi stress dari suatu kejadian yang berat, yaitu
  • Menekankan pada anak tentang pentingnya keselamatan dan keamanan mereka
  • Ketika anak bercerita tentang suatu kejadian, dengarkan baik-baik.
  • Ajak mereka untuk berbicara sesuatu atau perasaan yang mengganggu atua membingungkannya, katakan bahwa itu perasaan yang normal atas sebuah kejadian yang sulit.
  • Bantu anak untuk memahami situasi yang terjadi

Materi Kuliah Perkembangan Emosi Kognisi Sosial, Permata Ashfi Raihana, S.Psi



Tidak ada komentar:

Posting Komentar