Kebutuhan - Maslow
Manusia pada dasarnya baik atau netral. Manusia memiliki potensi kebaikan, potensi kebaikan itu disebut sebagai "kodrat batin". Kodrat batin bersifat halus dan lemah, sehingga mudah dikalahkan oleh kebudayaan
dan kebiasaan. Namun kodrat batin tidak akan hilang, justru akan bergejolak jika diingkari.
dan kebiasaan. Namun kodrat batin tidak akan hilang, justru akan bergejolak jika diingkari.
Potensi-potensi kebaikan manusia memberikan dorongan untuk berperilaku baik dan mengaktualisasi diri. Perilaku menyimpang muncul karena potensi-potensi kebaikan tersebut dikecewakan atau disangkal oleh lingkungan.
Misal : seorang anak yang mengingatkan (kebaikan) ibunya untuk tidak berbohong, namun ibunya tidak dapat menerima peringatan anaknya dan malah membenarkan kebohongannya maka bisa jadi anak tersebut nantinya menjadi orang yang senang menggunjingkan orang lain (perilaku menyimpang).
Menurut Maslow, orang yang sehat mentalnya adalah orang yang telah mengaktualisasi diri, jika belum dapat mengaktualisasi diri, maka orang tersebut masih dikatakan sakit.
Lalu apa itu aktualisasi diri dan bagaimana meraihnya??
Kita ingat kembali Hierarki Kebutuhan Maslow. Mulai dari kebutuhan yang paling
dasar adalah kebutuhan fisiologis, kemudian berlanjut ke kebutuhan akan
keamanana (safety), kebutuhan dicintai (Love/belonging), kebutuhan untuk rasa
percaya diri (Esteem), dan kebutuhan puncak, yaitu aktualisasi diri
(self-actualization).
Karakteristik dari orang-orang yang mengaktualisasi diri menurut maslow
Karakteristik dari orang-orang yang mengaktualisasi diri menurut maslow
- Memiliki orientasi yang realistis
- Menerima diri sendiri, orang lain, dan dunia apa ada
- Spontan
- Fokus pada masalah, bukan pada diri sendiri
- Mampu membuat jaraka dan butuh privasi
- Otonom dan independen
- Suka mengapresiasi dan menjauhi prasangka
- Memiliki pengalaman spiritual dan religiusitas
- Memiliki hubungan baik dengan sesama manusia
- Memiliki hubungan mendalam engan beberapa orang yang khas, emosional dan tidak dangkal
- Demokratik
- Tidak mencampuradukkan antara sarana dan tujuan
- Humor yang filosofis, tidak memicu pertentangan
- Kreatif
- Menentang konformitas, tidak begitu nyaman dengan kemapanan
- Mengubah lingkungan, bukan sekedar mengantisipasi
[Y]
BalasHapusMirisnya isu kesehatan mental masih melekat stigma negatif bagi kebanyakan masyarakat Indonesia, jadi bagi yang mengalami penyakit mental merasa minder saat mau menggunakan layanan kesehatan mental. Tapi katanya dengan membaca artikel psikoedukasi secara intensif mampu menurunkan stigma sosial dan pribadi yang disematkan pada pengguna layanan kesehatan mental secara signifikan. Ini penelitiannya.
BalasHapus💞
BalasHapus